Pengertian dan contoh pengaruh Sosial (Konformitas)

Pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan (belief), persepsi, atau pun tingkah laku atau beberapa orang lainnya (Cialdini, 1994). Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron, Byrne dan Branscombe, 2008). Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari adanya kenyataan bahwa di berbahai konteks ada aturan-aturan eksplisit maupun implicit yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya kita bertingkah laku, yang disebut Norma social (social norms), dan aturan-aturan ini seringkali menimbulkan efek yang kuat pada kita.
Norma bisa saja dinyatakan secara eksplisit (tertulis), contohnya: larangan parkir di Jalan tol, larangan merokok di tempat umum, perintah untuk tidak menginjak rumput di taman. Selain itu ada pula norma yang tidak diucapkan atau implicit, contohnya: ketika Susi pergi kuliah dengan memakai tanktop, ada ketidaknyamanan dalam dirinya dengan perilakunya tersebut atau mungkin ketidaknyamanan datang dari orang lain yang melihat cara berpakaian Susi tersebut. Walaupun dalam peraturan kuliahnya tidak ada peratutan yang mengharuskan memakai baju berlengan, namun norma-norma implicit bekerja sehingga timbul ketidaknyamanan baik pada diri Susi maupun orang lain yang berada di sekitarnya. Contoh lainnya dari norma implicit: peraturan tidak tertulis seperti, “jangan berdiri terlalu dekat dengan orang asing”, “perempuan jangan duduk ngangkang”, “jangan lupa member tip pada pelayan”. Tanpa mempedulikan apakah norma social itu implicit atau eksplisit, ada satu kenyataan yang jelas: sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut hamper setiap saat. Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu—norma yang mengindikasikam apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu, Contoh norma deskriptif: himbauan kepala desa kepada warganya untuk melakukan 3M demi mencegah demam berdarah; atau ketika di jalan tol ada himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin mendahului dan melaju cepat untuk berjalan di lajur kanan. Norma deskriptif belum tentu dipatuhi, seperti misalnya belum tentu kendaraan di laju kanan semua melaju cepat, fakta dilapangan banyak kendaraan yang melaju lambat-lambat di jalur kanan, tapi tidak dikenai sanksi. Norma injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu—norma yang menentukan apa yang harus dilakukan—tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.
Contoh: perintah membayar pajak untuk para wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan dikenai sanksi. Konformitas ada 2 jenis yaitu a) Konformitas public (public conformity) yaitu bila di depan umum seseorang menampilkan perilaku yang sama tapi belum tentu orang tersebut nyaman dengan perilakunya tersebut atau dengan kata lain ,melakukan atau mengatakan apa yang orang lain di sekitar kita katakana atau lakukan, Contoh: Rudi mentaati peraturan untuk tidak merokok di tempat umum, namun karena Rudi adalah perokok berat, dia tidak nyaman dengan perilakunya itu sehingga sedapat mungkin dia mencari tempat tersembunyi untuk merokok.
Contoh lainnya adalah: saat pemilu, banyak orang yang ikut arak-arakan kampanye partai X karena banyaknya massa yang juga ikut kampanye partai X tersebut, padahal belum tentu orang-orang tersebut berada di pihak partai X melainkan hanya ikut-ikutan; b) penerimaan pribadi (private acceptance) yaitu bila seseorang menampilkan perilaku sesuai dengan penerimaan pribadinya sendiri yang membuatnya nyaman dengan perilaku tersebut dan benar-benar merasakan atau berpiki seperti orang lain,
Contoh: Susi tidak merokok di tempat umum karena memang kesadaran dirinya sendiri untuk tidak merokok, dan dia nyaman dengan perilakunya tersebut. Contoh lainnya adalah: saat kampanye partai X, banyak massa yang ikut mendukung. Tapi saat pemilu, ternyata mereka memilih pilihan yang berbeda sehingga partai X kalah. Di sini, mereka mengikuti Private acceptance mereka untuk memilih partai yang memang mereka dukung. Jadi, jangan mudah terkecoh dengan konformitas yang ditunjukkan di depan public karena belum tentu konformitas tersebut sesuai dengan penerimaan pribadi orang tersebut. 

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, W. Sarlito dan Eko A. Meinarno. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. Salemba Humanika 
Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial, jilid dua (edisi ke sepuluh).Jakarta: Erlangga.