Interpretasi Pada Thematic Apperception Test (TAT)


A. Teknik Bellak
Penggunaan teknik Bellak dalam interpretasi TAT relatif sederhana dan mudah dipelajari karena langsung diarahkan pada isi dan dinamika cerita. Tujuan interpretasi menurut Bellak adalah untuk menemukan pola umum dari cerita-cerita yang diperoleh melalui kartu-kartu TAT. Pola umum ini diperoleh dari pengulangan-pengulangan dalam needs, press, mekanisme pertahanan, konflik, kecemasan, dsb. Sepuluh variabel yang diperlukan dalam interpretasi:
1. Tema pokok (the min theme).
2. Tokoh utama (the main hero).
3. Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan yang utama dari hero (main needs and drives of hero).
4. Konsepsi tentang lingkungn/dunia (the conception of the environment word).
5. Sosok dalam cerita dilihat sebagai... (figure seen as...) melihat konsep diri subjek.
6. Konflik-konflik yang signifikan (significant conflicts).
7. Hakekat kecemasan (nature of anxieties).
8. Pertahanan-pertahanan utama melawan konflik dan ketakutan (main defenses against conflicts and fears).
9. Ketepatan superego sebagaimana ditampakkan dalam bentuk “hukuman” terhadap “kejahatan” (adequacy of superego as manifested by “punishment” for “crime”).
10. Integrasi ego (integration of ego)

B. Teknik Kesan/ Pengamatan
Cara paling sederhana untuk membuat kesimpulan dari data TAT ialah dengan melakukan pengamatan sepintas. Cara ini kadang-kadang cukup memadai untuk keperluan-keprluan tertentu (misalnya screening).
Cerita-cerita testi dibaca semuanya dengan anggapan cerita-cerita ini merupakan komunikasi tingkat psikologis. Hal-hal yang tampaknya berarti, spesifik dan unik digaris bawahi. Pada saat membaca yang kedua kalinya, interpreter yang berpengalaman dapat menarik kesan, dapat menemukan pola-pola yang terulang, atau menemukan bagian-bagian yang bertebaran terangkum menjadi kesimpulanyang utuh dan berarti. Makin berpengalaman seorang interpreter, makin mudah ia memperoleh kesan dan kesimpulan.

C. Teknik Murray
Interpretasi menggunakan perincian needpress mempunyai keeunggulan tersendiri, terutama bila digunakan pada penelitian-penelitian yang memerlukan perincian ini, dan bila tidak ada tuntutan untuk selesai dengan cepat.
Cara ini kurang populer, karena konsep need dan press bukanlah konsep yang mudah dipahami. Selain itu cara ini dapat menyita waktu 4 sampai 5 jam untuk menganalisis 20 cerita.
Banyak konsep diajukan oleh Murray, yang jargonnya sering berbeda dengan konsep sehari-hari. Ia menyarankan agar setiap kejadian dalam cerita dianalisis ke dalam: (a) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari tokoh pahlawannya (the hero), dan (b) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya (yang disebut press oleh Murray).
1. Pahlawan
Pertama, untuk menganalisis suatu cerita ialah menentukan pahlawan yang diidentifikasikan oleh diri pengarangnya. Pahlawan ini biasanya adalah:
a. Tokoh yang paling diminati oleh pengarangnya, yang paling akrab digambarkan perasaan dan motif-motifnya.
b. Tokoh yang paling menyerupai keadaan pengarang: jenis kelamin, umur, status dan perannya, dan yang paling serupa pula sentimen dan sasarannya. (Murray mengartikan sentimen sebagai kecenderungan seseorang untuk tertarik atautidak tertarik/tidak menyukai suatu objek).
c. Orang atau orang-orang yang dilukiskan dalam gambar.
d. Orang yang memainkan peran utama dalam drama, yang muncul pada permulaaan cerita dan yang paling terlibat pada akhir cerita.
Tokoh pahlawan mungkin sulit ditemukan dalam hal-hal berikut ini:
a. Tokoh pahlawan berubah-ubah dalam satu cerita.
b. Dua segi kepribadian yang sama kuat tetapi berlawanan arah diwakili oleh dua tokoh, misalnya dorongan antisosial dan hati nurani, masing-masing diwakili oleh penjahat dan polisi.
c. Adanya crita dalam cerita. Misalnya tokoh pahlawan mengamati atau mendengar kejadian mengenai tokoh lain yang juga mendapat simpati dari pengarangnya.
d. Jenis kelamin pahlawan yang diidentifikasikan berlawanan. (pada wanita ini berarti memiliki komponen pria dengan kadar tinggi, dan pada pria memiliki komponen wanita pada kadar tinggi).
e. Kepahlawanan terbagi rata pada beberapatokoh atau kelompok orang, atau:
f. Pahlawan berkedudukan sebagai objek dalam situasi cerita subjek-subjek. Watak kepahlawanan ini kemudian dapat ditinjau dari beberapa klasifikasi: superioritas (kekuasaan, kemampuan), inferioritas, kriminalitas, penyimpangan mental, soliter, belonginess, kepemimpinan, dan kecenderungan bertengkar.
2. Motif, Kecenderungan dan Perasaan Tokoh Pahlawan
Tugas interpreter kemudian mengamati perincian cerita megnenai pahlawan ini. Perasaan, pikiran, dan tindakannya, sambil memperhatikan adanya kenyataan-kenyataan yang menandai tipe kepribadian atau kelainan mental, juga hal-hal yang khusus, spesifik, atau hal-hal yang biasa tetapi dengan intensitas atau frekuensi luar biasa tinggi atau luar biasa rendah.
Dalam merumuskan reaksi-reaksi tokoh pahlawan, interpreter dapat menggunakan variabel-variabel yang dipilih sesuai dengen kebutuhannya: ekstraversi-introversi, maskulinitas-feminitas, ascendence-submission (meang-menangan-ngalahan); tanda-tanda kecemasan, meras berdosa, atau rendah diri, melacak sumber-sumber sentimen yang berakar, atau merencanakan untuk memperhatikan semua itu.
Murray menggunakan daftar klasifikasi 28 need (atau drive) yang didasarkan pada arah atau sasaran langsung suatu aktivitas. Suatu need dapat memperlihatkan diri sebagai suatu impulse, suatu keinginan, atau niat, atau suatu kecenderungan tingkah laku yang dapat diamati. Need dapat berpadu sehingga satu tindakan memuaskan sekaligus dua need atau lebih (disebut fused need). Need dapat hanya berfungsi sebagai kekuatan instrumental yang membantu terpenuhinya need yang lebih dominan (yang pertama tadi disebut subsidiary need).
Kekuatan need diskor 1 sampai 5. Skor 5 adalah skor tertinggi bagi suatu variabel dalam suatu cerita. Kriteria kekuatan ialah intensitas, lama berlangsung, frekuensi, dan pentingnya need tersebut dalam jalan cerita.
Adanya sedikit tanda-tanda munculnya suatu variabel (misalnya sekilas kejengkelan) mendapat skor 1, sedang bentuk yang intens (misalnya marah sampai mengamuk) atau bentuk-bentuk lain yang lebih lunak (misalnya selalu bertengkar) tetapi terus-menerus atau berulang-ulang, medapat skor 5. Skor 2, 3, dan 4 disediakan untuk antara kedua skor di atas.
Bila ke-20 cerita telah diskor demikian untuk masing-masing variabel, jumlahnya dibandingkan dengan skor standar menurut jenis kelamin dan umur (bila ini tersedia Manual TAT Murray hanya menyajikan satu norma untuk sampel mahasiswa pria, dan untuk 9 need, konflik, perubahan emosi dan dejeksi). Kemudian variabel-variabel yang diatas atau dibawah rata-rata dicatat dan diteliti lebih lanjut kaitannya satu dengan lainnya.

Daftar need yang disarankan Murray (diolah kembali oleh Sanford) adalah sebagai beerikut:
a. N-Echievement. Mengerjakan sesuatu yang penting dengan tenaga dan kegigihan. Berusaha keras untuk melaksanakan sesuatu yang berharga. Ambisi yang tertuang dalam bentuk tindakan.
b. N-Accuisition. 
1) Sosial. Bekerja untuk uang, kekayaan atau hak milik. Mencoba untuk mendapatkan barang yang berharga. Melakukan barter, perdagangan, atau perjudian. Tamak, rakus, atau keinginan memperoleh kekayaan yang ditampilkan dalam bentuk tindakan.
2) Asosial. Mencuri, menipu, menyelundupkan, memalsu cheque.
c. N-Change, Travel, Adventure. Gelisah, dan selalu berpindah-pindah. Haus akan pemandangan baru, tempat baru. Mencari petuangan. Memimpikan kunjungan ke negeri jauh atau negeri asing. Bepergian, pergi melakukan eksplorasi, mencari harta karun.
d. N-Cognizance. Ingin tahu. Memandang sesuatu dengan intens. Mengawasi, mengintip, berusaha ingin tahu lebih banyak, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyelidiki. Mencari sesuatu, meneliti, melakukan eksplorasi, atau bertindak seperti detektif. Voyurism.
e. N-Construction. Mengorganisasikan, mengatur, membangun, atau menciptakan sesuatu.
f. N-Counteraction. Berjuang untuk mendapatkan kembali atau mempertahankan kehormatan diri. Kebanggan yang dilukai atau terancam yang menggugah kembali tokoh pahlawan untuk menambah usahanya sesudah kegagalan, atau mencoba dan mencoba lagi, atau mati-matian menaklukkan hambatan yang besar. Mengatasi kelemahan, inferioritas, malapetaka turun-temurun,atau rasa malu, dengan melakukan hal-hal yang suka, yang tidak disukai atau ditakuti. Membalas dendam atas penghinaan.
g. N-Excitence, dissipation. Mencari rangsang emosional dengan berbagai cara: berpergian, berpetualangan dengan wanita, judi, menyampret-nyampret bahaya.
h. N-Nutriance. Mencari dan menikmati makanan dan minuman: merasa lapar dan haus. Minum-minuman keras dan obat-obatan. Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan makanan dan minuman.
i. N-Passivity. Menikmati ketenangan, kesantaian, istirahat, tidur, berbaring. Merasa apatetik (masa bodoh), letih sesudah sedikit usaha atau tanpa melakukan usaha. Menikmati pikiran-pikiran pasif atau mengabsorbsi kesan-kesan rangsangan. Mengalah pada orang lain karena apati atau masa bodoh.
j. N-Playmirth. Bermain. Meluangkan meluangkan waktu hanya untuk bersenang-senang, pergi ke pesta. Melucu, tertawa, berolok-olok. Menghadapi situasi dengan cara santai, atau main-main.
k. N-Retantion. Memgang teguh suatu obyek. Menolak meminjamkannya, berusaha menghindarkan dari pencurian, menyembunyikan dari orang banyak, menimbun, membuat koleksi, melestarikan. Hemat dan kikir.
l. N-Sentience.
1) Epicurean. Mencari dan menikati kenyamanan, kemewahan, kemudahan, rasa senang, makan dan minum enak.
2) Aesthatic. Sensitif terhadap aspek rangsangan alam. Menikmatiseni, musik, sestra. Menciptakan, membuat, dan komposisi, menulis karangan.
m. N-Understanding. Berjuang unutk memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan. Giat belajar disekolah, mendapatkan pendidikan, membaca agar memperoleh pengetahuan mengenai sesuatu. Berpikir, berspekulsi untuk memcahkan persoalan. Berpergian atau mencari pengalaman unutk memperoleh kebijaksanaan.
Need yang dapat disimpulkan dari tindakan tokoh pahlawan yang berhubungan dengan orang lain:
a. N-Affiliation.
1) Asosiatif. Menjalin atau memelihara hubungan persahabatan:
a) Memusat. Menikmati kehadiran teman setia. Bekerja dan bermain bersama. Merasa memiliki kecintaan yang dalam (dinyatakan atau tidak dinyatakan) kepada orang tertentu.
b) Difus. Menyukai berbagai orang. Mengolompok dan bermasyarakat. Bekerja atau bermain dengan suatu kelompok.
2) Emosional. Terikat oleh kecintaan yang mendalam, simpati atau kehormatan pada orang lain: Jatuh cinta, menikah, dan tetap setia.
b. N-Aggression.
1) Emosional, verbal. Marah atau menbenci seseorang (meskipun perasaan ini tidak dinyatakan dalam bentuk kata-kata). Bertengkar. Mengutuk, mengkritik, memperingatkan, menyalahkan, mempertawakan. Mencetuskan agresi melawan seseorang atau suatu kelompok dengan kritik masyarakat.
2) Fisik, sosial. Berkelahi atau membuat dalam membela diri atau membela seseorang yang dicintai. Membalas dendam terhadap penghinaan tanpa pancingan(tanpa alasan), atau terhadap perlakuan tidak adil. Berjuang untuk negaranya sendiri atau negara sahabat dalam suatu perang. Meghukum tindakan tercela.
3) Fisik, asosial. Menodong, menyerang, melukai, atau membunuh manusia (melawan hukum). Tindakan kejahatan. Memulai berantam tanpa tanpa alasan yang mapan, atau membalas perasaan disakiti dengan kekjaman dan pengrusakan yang berlebihan. Berjuang melawan wewenang yang syah (orang tua, atasan, pemerintah). Mengkhianati, dan berjuang melawan negaranya sendiri. Sadisme.
4) Destruktif. Menyerang atau membunuh binatang. Memecah, menghancurkan, membakar, atau merusak sesuatu.
c. N-Dominance. Mencoba mempengaruhi tingkah laku, sentimen, atau ide orang lain.bekerja untuk mendapatkan kedudukan eksekutif. Membimbing, mengelola, memerintah. Sardiskusi atau berdebat untuk mempengaruhi orang lain. Menyerang pandangan yang berbeda. Menangkap dan memenjarakan musuh atau penjahat.
d. N-Exposition. Memberi informasi, berita, menerangkan, memberi petunjuk, mengajar.
e. N-Nurturance. Menyatakan simpati dalam bentuk stindakan, mengasihi dan menghibur seseorang. Baik hati dan penuh pengertianterhadap perasaan orang lain.
f. N-Recognition. Mencari tepuk tangan, pujian, prestise, nama. Menikmati dukungan, mencari penghargaan dari orang lain. Membanggakan diri. Menonjolkan diri, menarik perhatian. Melakukan sesuatu atau berpidato di depan umum, mendramatisasikan diri di depan oranglain.
g. N-Rejection. Menyatkan ketidak puasan, ketidak senangan atau kemarahan dalam bentuk tindakan. Menghidari dari sesuatu, seseorang, suatu pekerjaan, atau ide-ide yang asing dari minatnya.
h. N-Sex. Mencari dan menikmati lawan jenisnya. Melakukan hubungan sex.
i. N-Succorance. Mencari bantuan atau simpati. Meminta bantuan; tergantung pada oran glain untuk mendapatkan doronga, perlindungan, pemeliharaan. Menikmati simpati dari orang lain, makanan atau pemberian yang bermanfaat. Merasa kesepian bila sendirian, rindu bila pisah dari orang yang dingini, tidak berdaya menghadapi krisis. Melarikan diri ke minumam keras atau obat-obatan. 
Need yang dapat disimpulkan dari reaksi tokoh pahlawan terhadap aktivitas yang berasal dari orang lain:


a. N-Abasement
Mengalah (submission). Menurut dengan enggan kemauan orang lain, untuk memperoleh atau terpeliharanya hubungan baik dengan orang yang dingini, atau untuk menghindari disalamkan atau menghindari hukuman, atau menghindari penderitaan atau kematian. Menyerah pada penghinaan, kesakitan, dipersalhakan, hukuman, atau kekalahan tanpa melakukan perlawanan. Mengakui kesalahan, meminta maaf, berjanji, untuk lebih baik, untuk memperbaikan kelaikuan, untuk kembali kejalan yang benar. Pasrah dan menerima nasib secara pasif. Menderita cobaan yang luar biasa tanpa usaha melawan. Masochisme.
b. N-Autonomy
1) Kebebasan. Membebaskan dri atau menghindari lingkungan yang mengekang atau memaksa. Membebaskan diri dari lingkup yang terbatas, lari dari penjara, melarikan diri dari rumah, meninggalkan sekolah, keluar dari pekerjaan, atau membelok dari ketentaraan karena adanya larangan-larangan, kewajiban dan keharusan. Meninggalkan atau melepaskan diri dari seseorang untuk membebaskan diri dari kewajiban ikatan. Tekad untuk tetap bebas, mengindari persekutuan yang menjerat, atau larangan-larangan yang membatasi. Pergi melaksanakan sesuatu yang sah neski tidak direstui orang tua.
2) Bertahan (resistance). Menolak paksaan. Menolak melakukan atau tidak dilakukan apa yang dituntut orang. Mendebat pertimbangan atasan. Berpikir kontra, negativism, pendebat, tidak mau mundur, tidak patuh.
3) Asocial. Melakukan sampai taraf yang membahayakan, sesuatu yang dilarang, dikritik, atau dapat dikenai hukuman, kelakuan jelek, tidak menurut aturan, melanggar tata tertib. Melanggar standar moral dan social. Menipu, curang, berjudi, mabuk, kepelacuran. Melakukan kejahatan yang bukan mencuri.
c. N-Blameavoidance. Takut diperingatkan, dipersalahkan, atau dihukum, dan menghindari kekeliruan. Menahan diri dari keinginan melakukan sesuatu yang unconventional atau dapat dikritik. Mengakui kesalahan, meminta ma’af, berjanji memperbaiki diri, menyesal, agar terhindar dari dipersalahkan lebih lanjut. Kembali ke jalan yang benar dan menjadi orang baik.
d. N-Deference
1) Patuh (compliance). Menyerah pada keinginan, saran, paksaan orang sekutunya. Siap untuk menyenangkan, siap untuk menyetujui, bekerja sama, menuruti dengan senang kepemimpinan seseorang yang dikagumi.
2) Hormat (respect). Menyatakan kehormatan dan kekaguman dalam bentuk tindakan, kultus individu. Mengakui jasa atau bakat, memuji prestasi yang baik.
e. N-Harmavoidance. Menunjukkan ketakutan, kecemasan, kebingungan, malu, menghindari perkelahian/bahaya sebab takut luka, sakit atau mati. Melarikan diri ketika dikejar binatang, musuh (takut dilukai), atau polisi (takut dipenjarakan atau mendapat hukuman fisik).

3. Kekuatan-kekuatan Dilingkungan Tokoh Pahlawan
Dengan mengamati para testi menyusun lingkungan sebagai latar belakang cerita, interpreter dapat menyimpulkan sebagaimana pandangan testi terhadap lingkungannya.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab: “Apakah lingkungan mendukung atau menghambat perkembangan, keinginan, tindakan-tindakan tokoh pahlawab? Apakah tokoh pahlawan merasa lingkungannya menyenangkan, memuaskan, atau tidak menyenangkan/menegecewakan? Subur/ gersang?, apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya?”
Juga manusia-manusianya: apakah mereka ramah? Bagaimana karakter tokoh ibu digambarkan? Tokkoh bapak?
Murray menyediakan daftar press (disingkat p) yang klasifikasinya berdasarkan pengaruhnya (atau yang akan berpengaruh atau mengancam) terhadap tokoh pahlawan. (Press menurut Murray ialah kekuatan lingkungan atau situasi-situasi lingkungan).
Cara penyekoran press serupa dengan cara penyekoran need. Skor 1 sampai 5 diberikan berdasar intensitas, lama berlangsung, frekuensi, dan arti pentingnya press tersebut dalam jalan cerita.
Sesudah ke-20 cerita diskor, skor masing-masing variabel dikonsultasikan dengan norma jenis kelamin dan umur. Skor yang dibawah atau diatas rata-rata dicatat dan diteliti lebih lanjut. Press yang sering terlibat dalam cerita:
a. P-Accuisition. Seseorang pengusaha merebut, merampok, menggelapkan milik (uang, kekayaan) tokoh pahlawan. Atau seorang saingan dalam bisnis mengancam keamanan finansialnya.
b. P-Afiliation
1) Assosiatif. Tokoh pahlawan mempunyai seorang teman atau lebih, atau sahabat. Ia adalah anggota kelompok keakraban.
2) Emosional. Seseorang (ayah, ibu, saudara kandung, sanak, pacar) memiliki dedikasi pada tokoh pahlawan. Ia bercintaan (dicintai dan mencintai) atau menikah.
c. P.Aggresion
1) Emosional, verbal. Seseorang marah atau membenci tokoh pahlawan. Ia dikritik, dihina, dimarahi, ditertawakan, seseorang memfitnahnya.
2) Fisik, sosial. Tokoh pahlawan dalam posisi bersalah (ia penyerang, penjahat), dan seseorang mempertahankan diri, membalas,mengejar, memenjarakan atau membunuhnya. Pemerintah, polisi, ayah atau ibu menghukum tokoh pahlawan mempertahankan diri.
3) Fisik, asosial. Seorang penjahat atau suatu geng penyerang, melukai, atau membunuh tokoh pahlawan. Seseorang memulai perkelahian dan tokoh pahlawan mempertahankan diri.
4) Destruktif. Sesuatu milik tokoh pahlawan dirusak atau dihancurkan.
d. P-Cognizance. Seseorang ingin tahu mengenai tokoh pahlawan, apa yang sedang dilakukannya, ia dimata-matai. Seseorang menggeledah, menyelidiki, atau menginterogasinya.
e. P-Deference
1) Patuh. Seseorang atau sekelompok orang dengan senang hati mengikuti kepemimpinan atau permintaan tokoh pahlawan. Seseorang ingin menyenangkannya, bekerja sama, dan menuruti perintahnya. Kepatuhan ini mengkin bersifat pasif.
2) Hormat. Tokoh pahlawan dikagumi oleh seseorang atau sekelompok orang. Bakat dan jasanya diakui, ia dihargai dan dipuji oleh masyarakat.
f. P-Dominance
1) Paksaan. Seseorang mencoba memaksa tokoh pahlawan melakukan sesuatu. Ia mendapat perintah, suruhan, atau paksaan dari ayah atau ibu, atau yang berwenang.
2) Larangan. Seseorang mencoba mencegah tokoh pahlawan dari melakukan sesuatu. Ia dikenai pengawan, larangan, atau hambatan.
3) Ajakan (inducement). Seseorang mencoba membuat tokoh pahlawan melakukan sesuatu, dengan jalan meminta, mempengaruhi, memberi dorongan, menggunakan strategi yang cerdik, atau menawan hatinya.
g. P-Example
1) Pengaruh baik. Seseorang, suatu kelompok, atau suatu sebab, mempengaruhi tokoh pahlawan secara konstruktif. Seseorang yang berbakat dijadikan contoh kearah kebaikan.
2) Pengaruh jelek. Tokoh pahlawwan menjadi jahat karena pengaruh pergaulan. Atau,perilaku idealnya merosot karena mengikuti saran atau ajakan orang-orang yang dapat dipercaya atau tidak bertanggungjawab.
h. P-Exposition. Seseorang mengatakan, menerangkan, menginterpretasikan, atau mengajarkan sesuatu pada tokoh pahlawan.
i. P-Nurturance. Seseorang memberi makan minum, memberi dorongan, perlindungan atau perawatan pada tokoh pahlawan. Ia mendapatkan simpati, terlipur dan dikasihani.
j. P-Rejection. Seseorang menolak, memarahi, tidak hormat lagi, tidak mengakui, tidak sudi, atau meninggalkan tokoh pahlawan.
k. P-Retention. Seseorang mempertahankan sesuatu yang diingini tokoh pahlawan. Tidak mau meminjami atau memberi, kikir, hemat, atau posesif.
l. P-Sex. Objek heterosex jatuh cinta pada tokoh pahlawan, atau afeksinya disambut oleh seorang penggoda. Tokoh pahlwan menikah.
m. P-Succorance. Seseorang mencari simpati, bantuan, perlindungan dari tokoh pahlawan. Ada objek yang tidak berdaya, sengsara, memelas yang mengandung reaksi tokoh pahlawan. Seseorang menolongnya.
n. P-Lack, Loss
1) Kekurangan. Tokoh pahlwan tidak memiliki apa yang dibutuhkan untuk hidup, untuk berbahagia, atau untuk berhasil. Ia miskin. Keluarganya melarat. Ia tidak memiliki martabat, pengaruh, teman. Tidak adanya kesempatan bersuka ria, atau maju.
2) Kehilangan. Seperti pada kekurangan, tetapi disini tokoh pahlawan kehilangan sesuatu atau seseorang.
o. P-Physical Danger
1) Aktif. Tokoh pahlwan terkena bahaya fisik yang bukan manusiawi, binatang buas, tabrakan kereta api, petir, angin ribut dan sebagainya.
2) Tidak adanya dukungan. Tokoh pahlawan dalam bahaya: jatuh atau tenggelam. Mobilnya terbalik, kapalnya rusak, kapal terbangnya tidak beres, atau ia ada diujung tebing.
p. P-Physical Injury. Tokoh pahlawan dilukai oleh seseorang (p-Aggression), dilukai binatang, atau luka karena kecelakaan (p-Physical Danger). Badannya terpotong atau rusak.

4. Akhir Cerita
Dari cerita (out come), interpreter dapat menilai dan memperbandingkan antar kekuatan yang dimiliki tokoh pahlawan dengan kekuatan yang ada dilingkungan (perbandingan antara need dan press). Kekuatan manakah yanhg menang? Adakah jalan pemecahan bila ada konflik? Bagaimanakah bentuk pemecahannya?

5. Thema
Interaksi antara need (atau perpaduan need) tokoh pahlawan dengan press (atau perpaduan press) dari lingkungan, ditambah dengan akhir cerita (keberhasilan dan kegagalan tokoh pahlawan) merupakan apa yang disebut Murray “Thema”. Kombinasi thema-thema sederhana, yang saling berkaitan atau berurutan disebut “”Complex Thema. Menurut Murray arti thema ini secara tepat adalah struktur dinamika abstrak suatu episode, sedang arti secara lebih longgar ialah jalan/liku-liku cerita, motif, pokok pembicaraan (tema), atau penampilan pokok dramanya suatu cerita.
Dari cerita-cerita testi, interpreter akan mendapatkan thema-thema, baik mayor maupun minor. Dari kumpulan thema ini dapat dilihat issue, konflik, atau dilema apa yang paling dipikirkan oleh pengarangnya. Beberapa thema umum ialah thema mengenai prestasi, persaingan, percintaan, deprivasi, paksaan atau larangan, pelanggaran dan hukuman, konflik keinginan, ekplorasi, perang dan sebagainya.

Latest