Teori Logotherapy Bagian 2 (Konsep Logotherapy)



Logotherapy pada awalnya adalah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logotherapy lebih merupakan teknik daripada teori. Akan tetapi sesuatu yang tidak berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk psikoterapi. Teori tentang ‘kodrat manusia’ yang berasal dari logotherapy dibangun atas tiga pilar, yaitu : kebebasan kemauan, kemauan akan arti, dan kehidupan.
Frankl sangat menentang pendirian-pendirian dalam psikologi dan psikiatri yang memberi ciri kepada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh insting-insting biologis atau konflik-konflik masa kanak-kanak atau suatu kekuatan lain dari luar. Munurut Frankl, meskipun kita tunduk kepada kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas memilih reaksi terhadap kondisi-kondisi yang muncul. Kita tidak dapat bertahan terhadap kekuatan dari luar, karena jika dibiarkan kekuatan-kekuatan tersebut dapat dan benar-benar mengubah kedaan kita. Karenanya kita bebas mengambil sikap kita sendiri dalam menangani kekuatan-kekuatan tersebut. Hal ini memberi kita kebebasan terakhir untuk mengatasi keadaan-keadaan dan nasib.
Pilar-pilar lain, yaitu kemauan akan arti dan arti kehidupan adalah kebutuhan kita yang terus-menerus mencari bukan diri kita, melainkan suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi kita. Semakin kita mampu mengatasi diri kita, misal mampu mengarahkan diri kita kepada suatu tujuan; atau semakin kita mampu memberikan sesuatu kepada seseorang; maka kita semakin menjadi manusia sepenuhnya. Ini menjadi kriteria yang terakhir untuk perkembangan kepribadian yang sehat, yaitu kita terbenam dalam seseorang atau suatu hal yang melapaui diri kita. Hanya dalam cara ini kita benar-benar menjadi diri kita.
Arti yang dicari oleh seseorang memerlukan tanggung jawab pribadi. Tidak ada orang atau sesuatu yang lain –apakah itu orang tua, partner, atau bangsa– yang dapat memberi pengertian tentang arti dan maksud dalam kehidupan seseorang. Tanggung jawablah yang nantinya akan menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan didalamnya segera setelah ditemukan. Seperti yang dilakukan oleh Frankl, kita harus menemukan menghadapi kondisi-kondisi eksistansi kita secara bertanggung jawab dan bebas menemukan dalam kondisi-kondisi mengenai suatu tujuan hidup.
Seseorang yang kekurangan arti dalam kehidupannya merupakan suatu bentuk neurosi; kondisi yang dinamakan oleh Frankl sebagai no genic neurosis, yang merupakan suatu keadaan yang bercirikan : ‘tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan, hidup hampa’. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh gairah, maka oang semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah/lazim dalam zaman kita yang modern.
Banyak diantara kita menderita kebosanan dan masa bodo terhadap no genic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi (Baihaqi, 2008) :
1.        Kondisi Pertama : Ketika manusia berkembang dari pola kehidupan binatang yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongan-dorongan dan insting-insting alamiah yang menghubungkan mereka dengan alam. Karena hal ini telah membebaskan kita dari tekanan-tekanan tertentu, ini berarti bahwa tingkah laku seseorang tidak dibimbing oleh insting-instingnya; kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita lakukan.
2.        Kondisi Kedua : Pada akhir abad 20 kita memiliki beberapa adat kebiasaan, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai untuk menentukan tingkah laku kita. Karena kekuatan-kekuatan agama yang teratur dan alat kebiasaan sosial menyusut. maka orang dibiarkan lebih bersandar pada dirinya sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kita sendiri dan bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan tersebut.
Frankl menemukan bukti dari ‘kekosongan eksistensial’ secara besar-besaran dalam banyak kebudayaan, baik bangsa yang berideologi kapitalis (Amerika) maupun yang berideologi komunis (Rusia sebelu revolusi). Dia percaya bahwa ‘kekosongan eksistensial’ berkembang dengan pesat khusunya di negara maju seperti Amerika Serikat. Pemecahan Frankl terhadap no genic neurosis yang berkembang dengan pesat ialah dengan cara : kita masing-masing harus menemukan atau mendapat kembali pengertian yang sangat penting tentang arti dan maksud dalam kehidupan. Kalau tidak, seseorang akan menderita sakit psikologis. 
Logotherapy mengemukakan tiga cara bagaimana seseorang memberi arti bagi kehidupan : (1) dengan memberi kepada dunia lewat suatu ciptaan, (2) dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman, (3) dengan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan.