Kriteria Pemilihan Kartu Dalam TAT (Thematic Apperception Test)


.         
A. Stimulus Laten yang Ditimbulkan
Kriteria ini adalah kriteria yang terpenting. Meskipun kriteria jenis kelamin dan umur itu penting, kriteria kecocokan dengan “thema” dan segi emosi yang diungkap tindakan dapat diabaikan. Segi-segi emosi tertentu biasa terungkap oleh stimuli tertentu.
Misalkan, kartu 1. Gambar anak laki-laki dengan biola ini dalam kenyataan paling mudah memancing perasaan dan cerita mengenai autoritas : reaksi terhadap autoritas, tingkat inisiatif, dan seberapa jauh seseorang dapat mengontrol diri tanpa kontrol “atasan”. Padahal kalau ditinjau bahwa gambarnya itu gambar anak laki-laki, maka gambar ini tidak cocok untuk orang dewasa. Demikian juga bila yang ditinjau biolanya. Rasanya gambar ini tidak cocok bagi orang-orang yang tidak pernah berhubungan dengan biola. Tetapi dalam kenyatan, gambar ini dengan mudah dijadikan symbol seseorang yang ada dalam situasi emosi yang mendua. Gambar ini cocok bagi orang dewasa juga. Tanggapan terhadap stimulus kartu 1 ini merupakan data yang mengungkap pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan tokoh-tokoh autoritas dan control dari luar, dan asumsi-asumsi mengenai minat kemampuan untuk kemampuan unutk mempengaruhi kekuatan yang mengontrolnya tersebut.

Stimulus latent yang terdapat pada masing-masing kartu ialah:
1.      Masalah umum mengenai dorongan hati lawan kontrolnya, masalah kehendak diri pribadi lawan kekuatan budaya di luar dirinya.
2.      Ada dua masalah yang cendrung dipaparkan:
a.       Perasaan terhadap interaksi antar manusia, perasaan terhadap hubungan anak-orang tua, dan perasaan terhadap hubungan pria – wanita (heterosex).
b.      Sikap-sikap terhadap mobilits pribadi, ambisi dan pandangan terhadap tradisi: apakah tradisi dianggap penting atau dianggap menghambat.
3.      BM. Menjawab pertanyaan: apa yang dapat membuat seseorang sedih dan apa yang ia harapkan dapat dilakukan. Disini sering muncul asosiasi terhadap kehilangan, perasaan bersalah, serangan agresi. Karena menggambarkan seseorang sedang sendirian, maka sering juga terungkap sikap terhadap diri yang terisolir.
GF. Menjawab pertanyaan: mengapa seseorang mengalami penderitaan atau depresi dan jalan keluar apa yang akan ditempuhnya. Disini sering muncul emosi negatif, optimisme/pesimisme, dan apakah cara pertahanannya berbentuk pasif atau assertif.
4.      Sikap-sikap terhadap hubungan pria – wanita.
5.      Sikap terhadap tokoh ibu, terutama dari segi larangan atau pengawasan. Sering muncul pandangan mengenai orang dewasaterhadap penjajagan sex para remaja.
6.      BM. Sikap terhadap tokoh ibu, terutama terhadap perpisahan atau perbedaan pendapat. Pada orang yang sudah bekerja, sering muncul reaksi-reaksi terhadap sikap ibu yang tradisional atau enggan berubah.
GF. Sikap terhadap hubungan pria – wanita, terutama hubungan yang tidak permanen.
7.      BM. Sikap terhadap otoritas, terhadap tututan dari luar (dari orang yang lebih senior), dan sedikit banyak mengenai sikap keaktifan diri sendiri. Pada orang-orang tua dapat diartikan sikap terhadap aturan-aturan dan kebijakan, terutama dalam dunia pekerjaan.
GF. Sikap terhadap hubungan dengan ibu dan pelukisan sifat-sifat wanita yang lebih tua dalam lingkungan anak. Pada wanita dewasa sering muncul kriteria waktu kanak-kananknya ataupun perasaan terhadap anal-anak. Gambar yang menunjukkan anak melihat kearah lain dapat mengungkapkan penerimaan maupun penolakan anak.
8.      BM. Orientasi terhadap kenyataan maupun terhadap ambisi dan kemampuan merancang masa depan. Disini juga ada kesempatan munculnya perasaan permusuhn dan serang-serangan.
GF. Orientasi terhadap diri sendiri. Sering memunculkan lamunan positif mengenai masa depan. Perkawinan dan rumah tangga, ambisi dalm kehidupan keluarga.
9.      BM. Pemahaman mengenai kontak fisik dan kadang-kadang berkaitan dengan masalah homosex. Disini dasarnya menggambarkan hubungan teman sebaya, klompok teman, dan dapat juga memunculkan sikap-sikap terhadap kehidupan sexualnya sendiri.
GF. Konflik antara saudara atau konflik memperebutkan seorang pria. Disini dasarnya menggambarkan hubungan interpersonal wanita sebaya.
10.  Kedekatan fisik yang merupakan bahan pengungkapan dua hal. Pertama, cara orang menangani kontak fisik yang demikian dekat dan rangsangannya. Kedua, reaksi terhadap objek kecintaan, terutama pada saat perpisahan. Dapat juga memunculkan pandangan terhadap suami/isteri atu perasaan intim antara dua orang (belum tentu dalam artian sex) seperti hubungan anak – orang tua.
11.  Ketakutan terhadp serangan dan kemampuan menangani ketidakadaan dukungan manusia lain. Ketakutan ini mudah memunculkan emosi yang tidak terkontrol, baik yang berbentuk agresi maupun tuntutan akan perlindungan.
12.  M. Kepasifan orang dan sikap trhadap kekuatan luar yang mengontrolnya. Pada beberapa orang dapat memunculkan pikiran mengenai homosex.
F. Hubungan antara wanita yang berbeda umur. Pada wanita setengah baya, dapat mengenai ancaman mas tua, pada wanita muda, lebih dominan mengenai pikiran-pikiran terhadap kekuasaan yang lebih tua.
BG. Ungkapan kebutuhan akan kehadiran manusia atau tidak. Juga Insight mengenai kemampuan menikmati ketenangan dan suasana santai.
13.  MF. Sikap terhadp partner hubungan sex, terutama reaksi-reaksi sebelum atau sesudah hubungan sex. Sering terungkap hubungan antara nafsu sex dan perasaan agresi.
B. Perasaan kesepian dan perasaan tidak berarti, serta sebab-sebabnya. Apakah ini disebabkan oleh tidak adanya orang tua atau karena keterlantaran.
G. Gejala-gejala yang berhubungan dengan pertahanan terhadap perasaan diliputi oleh kecemasan sendiri.
14.  Ambisi dan pengaturan perencanaan menghadapi masa depan.
Disini dapat terungkap penolakan ambisi, dan keinginan hanya menekuni hal-hal yang rutin yang digambarkan oleh kedaan-keadaan dibelakangnya (dalam ruangan tersebut) lawan hal-hal diluar ruangan. Dapat juga khayalan mengenai orientasi trhadap kerja dan ambisi lawan khayalan mengenai depresi dan bunuh diri.
15.  Ide-ide mengenai kesusahan, kematian, dan permusuhan. Sebaliknya juga memusatkan pada perasaan simpati terhadap kesedihan yang disebabkan ditinggalkan oleh orang yang dicintai.
16.  Pantulan dari timbunan-timbunan kecemasan dan masalah yang telah menunmpuk pada cerita-cerita sebelumnya (karena itu kartu ini kurang bermamfaat jika disajikan pada urutan awal).
17.  BM. Konsep-konsep mengenai hukuman manusia dan lingkungannya, dan gambaran keberanian dan kepekaan terhadap kekuatan-kekuatan dilingkungan. Disini mudah muncul paham narcistic, exihibitionistic, ide-ide kompetisi, juga paham ketakutan dan melarikan diri.
GF. Ide-ide mengenai depresi, bunuh diri, lesbian dan kriminalitas.
18.  BM. Perasaan menguasai keadan atau sebaliknya tidak berdaya terhadap agresi dari luar.
GF. Ide-ide agresi dan cara-cara testi mencoba untuk tidak mengakui atau menutupi agresi ini.
19.  Kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang baru dan luar biasa, dan perbedaan reaksi terhadp ada dan tidak adanya struktur. Dari segi lain ialah adanya perasaan aman, perasan bebas berpikir dan berpegang pada realitas dalam menanggapi hal-hal yang tidak jelas. (orang yang berpikiran stereotif atau orang yang meras kurang terjamin rasa amannya sering menolak kartu ini, dengan mengatakan kartu ini sebagai kartu seni yang jelek atau menyeramkan, atau sama sekali menolak memberikan tanggapan).
20.  Kesepian, keragu-raguan, agresi atau perasaan-perasaan lain.

B.     Hubungan Interpersonal yang Paling Dasar
Hubungan-hubungan dasar antar pribadi ialah: hubungan antara ank dan ibu, anak dengan bapak, hubungan pria wanita, hubungan dengan diri sendiri, hubungan antar anggota kelompok dalam peran-peran yang berbeda, dan hubungan sejenis sebaya.
Analisis data hubungan-hubungan ini dapat untuk menyimpulkan pengalaman hidup pencerita dan anggapan-anggapannya mengenai hubungan antar pribadi yang sedang dihadapi.
Pada umumnya disposisi psikis dan emosi dasar seseorang terorganisir di sekitar hubungan-hubungan dengan orang-orang tertentu ini, karena itu kesimpulannya dapat digeneralisasikan sebagai gaya hidup maupun mekanisme berhubungan dengan orang lain yang secara umum dimilki oleh si pencerita.

 C. Penyajian Kenyataan
Gambar-gambar yang dipilih hendaknya merupakan sample yang representative bagi kenyataan objektif. Dengan demikian tanggapan testi akan cukup memadai variasinya sebagai bahan untuk mengungkap organisasi pola pikirnya, dan sebagai estimasi kestabilan emosi, logika, dan daya khayal dalam menghadapi hal-hal yang luar biasa maupun yang kontradiktif.
Penyajian realitas dapat dlam beberapa variasi:
1.      Realitas disajika dengan jelas. Beberapa kartu menyajikan gambar gambar langsung, tidak meragukan, seperti anak dan biola pada kartu 1. Kartu-kartu semacam ini hanya membutuhkan kemampuan pengamatan sederhana untuk mengenal objek-objek yang ada dalam gambar.
2.      Realitas disajikan dengan susunan yang logis. Pada kartu 8 BM, benda-benda dan manusianya mudah dikenali. Tetapi susunan penyajian yang berbentuk 2 tingkat (oleh pelukisnya pemandangan operasi dan anak laki-laki digambarkan dengan teknik berbeda), membuthkan kemampuan interpretasi testi. Disinilah realitas disajikan dalam dua tingkat. Imajinasi dibutuhkan untuk menghubungkan dan menerangkan hubungan antara realitas satu dengan yang lain.
Demikian juga pada kartu 18 BM. Meskipun suasana remang-remang dan tidak biasa orang laki-laki dan ketiga tangan mudah dikenali. Tantangan imajinasi terletak pada tidak adanya gambaran lain untuk menghubungkan dan menerangkan adanya ketiga tangan disitu.
3.      Realitas yang disajikan luar biasa. Seberapa gambar yang dipilih hendaknya mengandung kejadian yang luar biasa, aneh, mengejutkan, atau tidak dinyana. Gambar-gambar semacam ini berguna untuk mengestimasikan mudah tidaknya testi menangani hal-hal yang luar biasa dan mengejutkan. Disamping itu, gambar-gambar semacam ini memberi kesempatan terlampiaskannya isi pikiran yng tidak mapan atau patologis.
Pada umumnya, besar mamfaatnya menyajikan paling tidak satu gambar yang menekankan gambar pribadi tertentu (seperti kartu 12 F, 17 BM, 18 BM), dan satu gambar yang bukan orang yang dominan (seperti kartu 11, 17 GF, dan 19).
4.      Realitas disajikan tidak jelas. Beberapa gambar yang disajikan hendaknya sangat tidak berstruktur dan dpat diinterpretasikan bermacam-macam. Gambar-gambar semacam ini menantang imajinasi testi, mengundang isi pikiran yang originil, dan juga memantulkan kualitas kekuatan dan organisasi kepribadian testi. Di samping itu gambar-gambar ini dapat dijadikan alat uji kemampuan kebiasaan testi dalam menghadapi situasi yang belum dikenalnya. Misalnya kartu 19.

D. Intensitas
Gambar yang disajikan hendaknya ada yang cukup intens untuk memancing konflik dan menuntut testi untuk mengajukan saran pemecahan. Ketajaman konflik dapat dalam berbagai bentuk:
1.      Isi yang dramatis; seperti pada kartu 18 GF, 12 F, dan 17 BM.
2.      Tidak adanya manusia, seperti kartu 12 BG, sehingga menimbulkan pertanyaan dalam pikiran “orangnya pada kemna?”
3.      Situasi yang menimbulkan konflik, seperti kartu 1.
     E. Fleskibilitas dan Keraguan
Keraguan dapat timbul oleh adanya ambiguity (berwayuh arti). Dua macam ambiquity:
1.      Ambigu arti dalam realits objek atau manusianya.
2.      Ambigu arti dalam emosi, tindakan dan akhir ceritanya.
Setiap gambar yang digunakan hendaknya memberikan kebebasan sepenuhnya bagi ungkapan emosi dan tindakan.
Makin banyak variasi emosi dapat ditempatkan pada situasi yang tergambar, dan makin luas pilihan cara pemecahan yang dapat disarankan, makin efektif gambar tersebut.
Gambar-gambar yang jelas seperti kartu 2, tetap dapat mengungkap variasi-variasi di atas seperti gambar yang tidak jelas pada kartu 19. Pada kartu 2, yang penting ialah keambiguan dalam emosi dan akhir ceritanya.
Pada umumnya dalam memilih gambar, criteria hubungan interpersonal dasar didahulukan, baru kemudian segi emosi dalam kerangka hubungan interpersonal dasar ini disediakan (kecuali bila yng akan dieksplorasi dimensi emosi tertentu seperti marah, cinta, dan sebagainya). Dengan adanya kerangka situasi, interpretasi emosi dapat disimpulkan dengan melihat konteks emosi yang terungkap.
F. Kecocokan dengan Simbol-simbol Budaya
Gambar dan situasi yang diplih, seperti orang, pakaian, benda-benda dan latarbelakang hendaknya disesuaikan dengan budaya dan kelompok yang akan dikenai TAT. Tentu saja akan sukar sekali menganut perincian-perincian gambar badan, pakaian dan lain-lain yang akan digunakan oleh kelompok yang luas. Karena itu, pada umumnya gambaran dibuat yang paling umum, sehingga orang menyimpulkan bahwa orang yang digambar adalah anggota kelompoknya sendiri. Karena itu pula gambar lebih “aman” bila gambaran tidak terlalu mengganggu kebebasan fantasi, sebab cerita lalu terpancang pada detail, dan pada orang yang stereotype, cerita lalu dipenuhi oleh detail-detail yang tergambar.
Dihindarinya gambaran symbol atau karya seni yang dengan jelas mewakili budaya tertentu, juga merupakan jaminan dapat digunakannya kartu-kartu untuk budaya yang lebih luas. Disamping itu gambaran seperti ini memberi kesempatan testi untuk menginterpretasikan situasi, manusia, objek, sesuai dengan arti yang dimilikinya, bukan sesuai dengan arti budayanya.

      G. Kekhususan Masalah
Dalam pemilihan gambar bagi penelitian, seleksi, atau diagnosa masalah-masalah khusus, semua criteria diatas perlu diperhatikan. Disamping itu juga diperlukan penelitian pendahuluan. Misalnya, untuk meneliti kelompok budaya tertentu, diperlukan konsultasi dengan seorang ahli antropologi. Konsultasi berkisar masalah kejadian-kejadian, tradisi dan kebiasaan, atau situasi yang dianggap relevan dengan masalah psikologis yang akan diselidiki.
Sudah jelas bahwa hubungan interpersonal dasar akan ada dan serupa untuk semua budaya. Dengan penyesuaian/adaptasi bila diperlukan. Tentu saja ada situasi/kejadian-kejadian yang khusus hanya terdapat pada budaya tertentu. Tetapi, pada umumnya lebih baik bila situasi tidak digambarkan terlalu khusus, sehingga dapat mengundang interpretasi yang bervariasi.
Sebaiknya, bila yang akan diungkap masalah situasi/kejadian khusus tersebut, maka peranan ahli antropologi menjadi sangat menentukan. Untuk keperluan diagnose klinis, beberapa ahli menyarankan menggunakan seluruh perangkat kartu Murray. Bahkan ada yang menyarankan untuk masalah-masalah tertentu ditambah penyajian kartu-kartu lain yang stimulus latentnya relevan dengan masalah khusus tertentu. Alasan penggunaan seluruh perangkat ialah hasilnya dapat diperbandingkan,karena stimuli yang dipakai standar, variasi fantasi yang ditampung lebih lengkap, dan sampel perilaku lebih representative.