Pertama, Determinasi
Faktor Bawaan.
Faktor
bawaan yang disebut faktor keturunan atau faktor herediter. Secara biologis,
individu berkembang dari dua benih yaitu sel telur (ovum) yang ada pada ibu
dan sperma yang berasal dari ayah yang akan membuahi sel telur. Sperma dan sel
telur masing masing berisi 23 kromosom, yaitu struktur yang berisi faktor –
faktor herediter. Di dalam kromosom terdapat striktur yang lebih kecil lagi
yang disebut gen. Gen inilah yang
menjadi penentu sifat – sifat unik yang akan diturunkan seperti bentuk
wajah dan warna kulit. Bila gen yang mereka miliki sama dengan orang tuanya
maka mereka akan mirip dengan orang tuanya. Suatu gen disebut dominan apabila
ia memiliki kekuatan untuk menekan sifat gen yang lain atau dengan kata lain
gen dominan adalah gen yang menunjukkan sifat yang terlihat, sebaliknya gen
disebut resesif bila pengaruhnya dikalahkan oleh gen yang lain atau sifatnya
tidak nampak. Contohnya seorang laki – laki berambut lurus menikah dengan
perempuan berambut keriting mereka mempunyai anak perempuan berambut lurus,
dari contoh tersebut gen rambut lurus merupakan gen dominan sedangkan gen
rambut keriting merupakan gen resesif.
Kedua, Determinasi Faktor Lingkungan.
Pengaruh
lingkungan terhadap individu sebenarnya telah diawali sejak terjadinya
pembuahan sampai saat kelahiran, lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat
ibunya. Misalnya defisiensi kalsium dalam aliran darah sang ibu dapat menyebabkan
abnormalitas tulang bayi. Seorang anak dapat terlahir cacat dikarenakan
lengannya terjerat oleh tali pusat sewaktu dalam kandungan.
Setelah
kelahiran, pengaruh faktor lingkungan terhadap individu semakin penting dan
besar. Proses yang paling berpengaruh setelah masa ini adalah proses belajar
yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Apa yang
dipelajari dan apa yang diajarkan seseorang akan mempengaruhi reaksi individu
terhadap stimulus. Lewat proses belajar, seccara tidak langsung juga
mempengaruhi individu. Standar nilai dan norma sosial yang berlaku didalam
masyarakat menjadi acuan bagi individu dalam berfikir dan berperilaku.
Yang
kurang dapat diterima adalah pendapat bahwa faktor pembawaan atau faktor
lingkungan mutlak mempengaruhhi perkembangan seseorang. Kedua faktor itu sama
berpengaruhnya. Pendapat terahir ini dikenal sebagai teori konvergensi dengan
tokohnya William Stern ( 1938 ). Beberapa percobaan dapat membuktikan teori
konvergensi ini. Francis Galton (1822 – 1911 ) membuktikan bahwa dua orang anak
identik, jika dididik dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang
berbeda, akan menembangkan sifat – sifat yang berbeda juga. Makin besar
perbedaan linkungannya , makin besar pula perbedaan kedua anak kembar itu. Jadi,
pengaruh lingkungan cukup besar pada kedua anak itu. Di sisi lain , seseorang
dengan taraf kecerdasan yang tergolong terbelakang , jika diberi didikan yang
sistematis untuk menguasai pelajaran – pelajaran sekolah menengah, tidak akan
menunjukkan kemajuan yang berarti sampai masa percobaan itu usai. Jadi terbukti
dari kedua percobaan diatas bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap
perkembangan inteligensi seseorang, tetapi dalam batas – batas bawaan yang ada.
Azwar Syaifuddin.
( 2014 ). Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogykarta:
Pustaka Belajar.
Liftiah. ( 2015 )
. Pengantar Psikodiagnostik. Semarang: Unnes Press.
Sarwono Sarlito W. ( 2010
). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Kharisma Utama Offset.
Rahmawati. Arti
Penting Inteligensi dalam Dunia Pendidikan.sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/xoeb1336983752.pdf.( diunduh pada tanggal 8 September 2015
)