Terapi keluarga adalah model terapi yang
bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi
masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern dan Pinsof, 1986). Terapi keluarga
muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual
mempunyai konsekuensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan
peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah
kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan
keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive
(Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).
Terapi
keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari
3 prinsip:
·
Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan
dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah efek
perhubungan (sebab-akibat).
·
Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti
sebagai pola integrasi,tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam
system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang
lain (timbale balik dalam interaksi).
·
Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang
objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi
sendiri dari masalah keluarga
Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk
mengidentifikasi masalah keluarga ataukomunikasi keluarga yang salah, untuk
mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang
muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena
keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting dari
komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis
keluarga biasa dibutuhkan ketika:
- Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
- Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
- Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan