Logotherapy pada
awalnya adalah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang
kehidupannya kehilangan arti. Logotherapy
lebih merupakan teknik daripada teori. Akan tetapi sesuatu yang tidak
berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat
menjadi bentuk psikoterapi. Teori tentang ‘kodrat manusia’ yang berasal dari
logotherapy dibangun atas tiga pilar, yaitu : kebebasan kemauan, kemauan akan
arti, dan kehidupan.
Frankl
sangat menentang pendirian-pendirian dalam psikologi dan psikiatri yang memberi
ciri kepada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh insting-insting
biologis atau konflik-konflik masa kanak-kanak atau suatu kekuatan lain dari
luar. Munurut Frankl, meskipun kita tunduk kepada kondisi-kondisi dari luar
yang mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas memilih reaksi terhadap
kondisi-kondisi yang muncul. Kita tidak dapat bertahan terhadap kekuatan dari
luar, karena jika dibiarkan kekuatan-kekuatan tersebut dapat dan benar-benar
mengubah kedaan kita. Karenanya kita bebas mengambil sikap kita sendiri dalam
menangani kekuatan-kekuatan tersebut. Hal ini memberi kita kebebasan terakhir
untuk mengatasi keadaan-keadaan dan nasib.
Pilar-pilar
lain, yaitu kemauan akan arti dan arti kehidupan adalah kebutuhan kita yang
terus-menerus mencari bukan diri kita, melainkan suatu arti untuk memberi suatu
maksud bagi eksistensi kita. Semakin kita mampu mengatasi diri kita, misal
mampu mengarahkan diri kita kepada suatu tujuan; atau semakin kita mampu
memberikan sesuatu kepada seseorang; maka kita semakin menjadi manusia
sepenuhnya. Ini menjadi kriteria yang terakhir untuk perkembangan kepribadian
yang sehat, yaitu kita terbenam dalam seseorang atau suatu hal yang melapaui
diri kita. Hanya dalam cara ini kita benar-benar menjadi diri kita.
Arti
yang dicari oleh seseorang memerlukan tanggung jawab pribadi. Tidak ada orang
atau sesuatu yang lain –apakah itu orang tua, partner, atau bangsa– yang dapat
memberi pengertian tentang arti dan maksud dalam kehidupan seseorang. Tanggung
jawablah yang nantinya akan menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan
didalamnya segera setelah ditemukan. Seperti yang dilakukan oleh Frankl, kita
harus menemukan menghadapi kondisi-kondisi eksistansi kita secara bertanggung
jawab dan bebas menemukan dalam kondisi-kondisi mengenai suatu tujuan hidup.
Seseorang
yang kekurangan arti dalam kehidupannya merupakan suatu bentuk neurosi; kondisi
yang dinamakan oleh Frankl sebagai no
genic neurosis, yang merupakan suatu keadaan yang bercirikan : ‘tanpa arti,
tanpa maksud, tanpa tujuan, hidup hampa’. Karena tidak merasa kehidupan yang
penuh gairah, maka oang semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang
menurut keyakinan Frankl adalah lumrah/lazim dalam zaman kita yang modern.
Banyak
diantara kita menderita kebosanan dan masa bodo terhadap no genic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi (Baihaqi, 2008) :
1.
Kondisi Pertama : Ketika manusia
berkembang dari pola kehidupan binatang yang lebih rendah, mereka kehilangan
dorongan-dorongan dan insting-insting alamiah yang menghubungkan mereka dengan
alam. Karena hal ini telah membebaskan kita dari tekanan-tekanan tertentu, ini
berarti bahwa tingkah laku seseorang tidak dibimbing oleh insting-instingnya;
kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita lakukan.
2.
Kondisi Kedua : Pada akhir abad 20 kita
memiliki beberapa adat kebiasaan, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai untuk
menentukan tingkah laku kita. Karena kekuatan-kekuatan agama yang teratur dan
alat kebiasaan sosial menyusut. maka orang dibiarkan lebih bersandar pada
dirinya sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kita sendiri dan
bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan tersebut.
Frankl
menemukan bukti dari ‘kekosongan eksistensial’ secara besar-besaran dalam
banyak kebudayaan, baik bangsa yang berideologi kapitalis (Amerika) maupun yang
berideologi komunis (Rusia sebelu revolusi). Dia percaya bahwa ‘kekosongan
eksistensial’ berkembang dengan pesat khusunya di negara maju seperti Amerika
Serikat. Pemecahan Frankl terhadap no
genic neurosis yang berkembang dengan pesat ialah dengan cara : kita
masing-masing harus menemukan atau mendapat kembali pengertian yang sangat
penting tentang arti dan maksud dalam kehidupan. Kalau tidak, seseorang akan
menderita sakit psikologis.
Logotherapy mengemukakan tiga cara
bagaimana seseorang memberi arti bagi kehidupan : (1) dengan memberi kepada
dunia lewat suatu ciptaan, (2) dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam
pengalaman, (3) dengan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan.