Teori Logotherapy Bagian 4 (Dorongan Kepribadian yang Sehat Menurut Logotherapy)

Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yakni kemauan akan arti/mencari arti yang begitu kuat sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Kemauan akan arti sangat penting untuk kesehatan psikologis dan dalam situasi-situasi yang gawat, kemauan akan arti diperlukan sekedar upaya untuk tetap hidup. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alasan untuk meneruskan kehidupan.
Arti kehidupan berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain dan bahkan dari momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Tidak ada hal yang sedemikian rupa bahwa kemauan universal akan arti berlaku secara merata bagi semua manusia.
Mencari arti dapat merupakan tugas yang membingungkan dan menantang, prosesnya berupa menambah dan bukan mereduksikan tegangan batin. Frankl melihat peningkatan tegangan sebagai prasyarat untuk kesehatan psikologis. Suatu kehidupan tanpa tegangan, suatu kehidupan yang diarahkan kepada stabilitas dan keseimbangan tegangan batin akan tersiksa dalam no genic neurosis; yang maknanya sepadan dengan ‘kehidupan kekurangan arti’. Suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara ‘apa yang telah dicapai atau diselesaikan’ dan ‘apa yang harus dicapai atai diselesaikan’, suatu jurang pemisah antara ‘siapa kita’ dan bagaimana ‘seharusnya kita’.
Baihaqi (2008) menurut Frankl ada tiga sistem nilai fundamental yang berhubungan dengan tiga cara memberi arti kepada kehidupan, yakni : (1) nilai-nilai daya cipta atau kreatif, (2) nilai-nilai pengalaman, dan (3) nilai-nilai sikap.
(1)     Nilai-nilai daya cipta, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produkif. Biasanya hal ini berkenaan dengan suatu macam pekerjaan, meskipun nilai-nilai daya cipta dapat diungkapkan dalam semua bidang kehiduapan. Arti yang diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang-orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
(2)     Nilai-nilai pengalaman, menyangkut penerimaan dari dunia. Penerimaan ini dapat memberikan arti sebanyak seperti kreativitas. Nilai-nilai pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri kepada keindahan dalam dunia atau seni. Frankl mengemukakan bahwa ada kemungkinan memenuhi arti kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif.
(3)     Nilai-nilai sikap, berperan agar kita dapat menemukan arti dalam kondisi negatif. Frankl percaya bahwa situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai sikap ialah situasi-situasi dimana kita tak mampu untuk mengubahnya atau menghindarinya –karena kondisi-kondisi nasib yang tidak dapat diubah– misal sakit, kecelakaan, bencana, kematian. Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang rasional untuk memberikan respon adalah dengan menerimanya. Cara bagaimana kita menerima nasib kita, keberanian kita dalam menahan penderitaan, keagungan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan bencana; merupakan ujian dan ukuran yang terakhir dari pemenuhan kita sebagai manusia. 

Dengan memasukkan nilai-nilai sikap sebagai cara memberi arti bagi kehidupan, sesungguhnya Frankl ingin memberi kita harapan bahwa kehidupan manusia meskipun dalam keadaan-keadaan gawat masih dapat bercirikan arti dan maksud. Kehidupan seseorang dapat mengadung arti sampai momen kehidupan yang terakhir.