Teori Logotherapy Bagian 5 (Kodrat Orang yang Mengatasi Diri)

Orang yang sehat secara psikologis telah bergerak ke luar atau melampaui fokus pada diri. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan seseorang atau sesuatu di luar diri sendiri.
Pandangan ini menempatkan pendirian Frankl yang berlawanan dengan ahli-ahli teori yang mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia yang penuh ialah pemenuhan atau aktualisasi-diri. Frankl menolak perjuangan manusia untuk membangun setiap keadaan atau kondisi dalam diri entah untuk kedewasaan, kenikmatan, atau aktualisasi. Dia mengemukakan bahwa pandangan serupa itu menggambarkan orang sebagai sistem yang tertutup, yang tidak menyangkut interaksi dengan dunia yang nyata atau dengan orang-orang lain, tetapi hanya dengan diri. Frankl percaya bahwa mengejar tujuan semata-mata dalam diri adalah merusak diri.
Frankl menyatakan bahwa semakin banyak kita dengan sengaja berjuang untuk kesenangan maka mungkin semakin kurang kita menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk mengejar kebahagiaan tidak pernah akan menemukan kebahagiaan. Semakin kita berpusat pada kebahagiaan sebagai tujuan, maka semakin juga kita tidak akan melihat pertimbangan yang sehat untuk bahagia.
Kenikmatan dan kebahagiaan terjadi dan menambahkan kesenangan hidup, tetapi kenikmatan dan kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan ditangkap, karena biasanya kebahagiaan timbul secara spontan dari pemenuha arti dari mencapai tujuan di luar diri.
Frankl percaya bahwa pandangannya sesuai dengan pandangan Maslow, bahwa cara yang paling baik untuk mencapai aktualisasi-diri ialah melalui komitmen terhadap pekerjaan, terhadap sesuatu di luar diri. Menjadi sehat secara psikologis adalah bergerak ke luar fokus pada diri, mengatasi, menyerapinya dalam arti dan tujuan seseorang. Maka dengan demikian diri akan dipenuhi dan diaktualisasikan secara spontan dan wajar.
Frankl telah mengemukakan secara umum tujuh sifat orang yang memiliki kepribadian sehat (Schultz, 1991) :
1.        Mereka bebas memilih tingkah laku / tindakan mereka sendiri
2.        Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasib mereka
3.        Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
4.        Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka
5.        Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka
6.        Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, dan nilai-nilai sikap
7.        Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri
Namun begitu, menurut Baihaqi (2008) masih ada beberapa sifat lain dari kepribadian yang sehat, yaitu : (1) orientasi pada masa depan, (2) komitmen pada pekerjaan, dan (3) memberi dan menerima cinta.
(1)     Orientasi pada masa depan
Seseorang harus memiliki alasan untuk meneruskan kehidupan, untuk menyelesaikan tujuan yang akan datang; kalau tidak maka kehidupan akan kehilangan arti. Tanpa kepercayaan terhadap masa depan, maka ‘pegangan spiritual’ pada kehidupan akan hilang. Akibatnya jiwa dan badan cepat mengalami kebinasaan.
(2)   Komitmen pada pekerjaan
Salah satu cara untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, dimana nilai-nilai ini dapat diungkapkan dengan sangat baik melalui pekerjaan atau tugas seseorang. Segi yang penting dari pekerjaan bukan isi dari pekerjaan tersebut, melainkan cara bagaimana kita melakuannya. Jadi, apa yang penting bukan pekerjaan (kekuatan dari luar), melainkan apa yang kita masukkan dalam pekerjaan berkenaan dengan kepribadian kita sebagai manusia yang unik (kekuatan dari dalam). Itulah yang memberikan arti kepada kehidupan.
(3)   Memberi dan menerima cinta
Cinta adalah tujuan pokok manusia. Keselamatan hidup seseoran adalah melalui cinta dan dalam cinta. Meskipun salah satu cara untuk merealisasikan keunikan kita ialah pekerjaan, namun cara lain ialah melalui ‘dicintai’. Apabila kita dicintai, maka keberadaan kita yang unik dan istimewa diterima oleh orang lain. Bagi orang yang mencintai kita, kita menjadi orang yang sangat diperlukan dan tidak dapat diganti. 
Selain itu masih ada sisi lain lagi bagi hubunngan cinta, yaitu memberi cinta. Dengan memberi cinta (dalam bentuk mencintai) kepada orang lain kita dapat melihat sifat-sifat dan ciri-ciri khas mereka, termasuk yang belum diaktualisasikan. Dengan cinta yang kita miliki, kita dapat membuat orang yang dicintai sanggup merealisasikan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan dengan menyadarkan mereka tentang potensinya untuk menjadi apa. Dalam hubungan cinta timbal-balik, kedua pihak beruntung dalam hal pemenuhan dan realisasi yang lebih besar dari potensi mereka untuk menjadi manusia yang lebih penuh.