Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Play Therapy



Teknik terapi bermain
Teknik bermain pada umumnya meliputi permainan boneka, boneka wayang, menceritakan cerita dan terapi keputusan, permainan menggunakan papan, permainan pasir dan berbagai kegiatan lain (Dwijandono, 2005:320-332)
1.      Permainan Boneka
Boneka-boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain diluar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain boneka, anak akan (1) mengidentifikasi dengan boneka atau boneka wayang, (2) memproyeksikan perasaan sendiri ke figur permaianan, dan (3) memindahkan konfliknya ke dalam boneka atau wayang boneka. Bahan-bahan bermain yaitu boneka keluarga, binatang yang kaku, rumah boneka dan miniature.
Boneka keluarga sangat berfungsi untuk terapi bermain. Brems (Dwijandono, 2005:321) menyarankan, boneka yang benar secara anatomi dapat berperan ganda sebagai boneka manusia lain, dan ketika berpakaian penuh, mereka tidak berbeda dari boneka besar lain. Satu set ini meliputi seorang ibu, ayah, anak perempuan, anak laki-laki, bayi, kakek, nenek, remaja laki-laki dan perempuan dan memasukkan warna kulit yang berhubungan dengan berbagai kelompok atau suku.
Boneka-boneka dan rumah boneka memberikan ekspresi simbolis dari pengalaman anak di dalam keluarga. Menggunakan dua rumah dengan boneka, Kuhli (Dwijandono, 2005:323) dapat membantu seorang anak traumatis yang mengalami konflik yang tidak terpecahkan yang mangakibatkan harus dipisahkan dari keluarga, dan ditempatkan dalam lembaga bantuan untuk anak-anak. Teknik ini membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan keluarga dengan saudara yang baru atau dengan tambahan orang tua atau saudara tiri.
Anak yang menemukan boneka seperti manusia yang begitu mengancam mungkin memilih menggunakan binatang yang dibuat dari kain. Karena binatang dari kain adalah sesuatu yang jauh dari objek nyata yang menimbulkan kesedihan anak, maka akan lebih mudah bagi anak memproyeksikan perasaan mereka dengan memindahkan konflik. Sering ketika bermain dengan boneka binatang, anak-anak dapat memberikan ciri-ciri binatang dari kain dengan sifat-sifat manusia.
2.      Permainan Boneka Wayang
Seperti boneka lain boneka wayang juga harus mewakili berbagai kelompok ras, suku, dengan ciri-ciri muka yang khas dan kompleks. Keluarga boneka wayang dapat dibuat dengan berbagai bahan. Beberapa terapis membuat boneka sendiri atau membeli boneka di toko.
Boneka berbentuk binatang mempunyai tempat khusus dalam terapi anak-anak, karena boneka ini tidak mengancam dalam anak-anak mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak bisa diterima. Hal penting lain adalah sebaiknya mempunyai banyak boneka dengan berbagai boneka binatang, karena anak-anak memberikan sifat atau ciri-ciri manusia untuk boneka. Ciri-ciri ini dapat meliputi emosi, seperti kemarahan, kesedihan, merasa malu, ketakutan, kecemasan dan iri hati seperti agresif, mengasingkan diri, menangis, atau malas.
Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang lebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah.
3.      Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini karenan kualitas pribadi dan humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan karakter itu.
Karena anak kecil cenderung egosentrik, mereka mempunyai cerita yang berpusat disekitar dirinya. Anak kecil menyukai buku kecil yang dapat dibawanya dengan mudah, mereka menyukai buku bergambar orang, hewan, dan benda yang dikenalnya dengan warna yang cerah, dan mereka menyukai bahan bacaan yang minimum, terutama dengan huruf besar yang dapat dilihat dengan mudah tanpa melelahkan mata. Bacaan harus sederhana, dengan kata-kata yang mudah dimengerti, dan kalimat singkat. Anak yang lebih besar menjadi lebih realistic, minatnya beralih ke cerita petualangan, kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan.
4.      Bermain Papan
Sebagian besar permainan dengan papan dirancang untuk dimainkan oleh empat sampai enam orang, dan mereka meliputi permainan papan di kamar tamu sama sepeti permainan terapeutik atau permainan yang dirancang dengan pikiran terapi. Permainan papan membantu anak memusatkan perhatian mereka, internalisasi disiplin diri, dan belajar untuk menang dan kalah dengan mulus. Permainan juga membentuk kepercayaan, membantu anak mengembangkan kognitif, motor, dan ketrampilan sosial, mempertinggi harga diri dan percaya diri. Permainan terapeutik mempunyai keuntungan tambahan dimana dunia pikiran, perasaan, sikap dan tingkah laku pribadi anak. Pikiran ini dirancang untuk memberikan informasi tentang minat, sikap, kepercayaan, nilai, pertahanan diri dan dinamika keluarga anak.
Anak sekolah sering memilih permainan papan seperti catur, checkers, scrabble for juniors, life and sorry.  Terapi terapeutik yang populer adalah The Talking, Feeling and Doing Game, dan The Ungame. Permainan lain dalam kategori kegiatan ini tetapi hanya memerlukan dua pemain, meliputi Battleship, Rock’em Sock’em Robots, dan Mouse Trap.
Permainan kelompok atau tim sangat populer dikalangan anak-anak. Permainan ini sangat terorganisasi, mempunyai peraturan, dan bersuasana persaingan yang kuat. Permainan yang umum dari jenis ini adalah modifikasi dari sepak bola, bola basket, kasti dan lari. Permainan kelompok atau tim, cerita-cerita, dan diskusi memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara tentang pikiran dan perasaan mereka, mencoba tingkah laku baru dalam kelompok dan menerima umpan balik dari teman sebaya mereka. Permainan kelompok sangat baik untuk membantu anak mengembangkan ketrampilan sosial yang penting, seperti bermain dengan aturan, mempertimbangkan untuk orang lain, dan bekerjasama. Permainan dapat membantu anak mengomunikasikan masalah-masalah mereka secara langsung dan tidak langsung melalui tingkah laku mereka dan ungkapan dengan kata-kata mereka.
5.      Bermain Pasir
Anak-anak suka bermain di pasir, baik di pantai, di halaman belakang, atau di ruang bermain. Dengan mengaduk pasir dengan air, mereka menciptakan sungai dan kolam. Ketika ditambahkan dengan mainan miniature, fantasi-fantasi dan impian kembali hidup, dan terapis secara khusus melihat sekilas ke dalam dunia inner anak. Ketika kotak pasir dibawa ke ruang terapi bermain, anak-anak diberikan kegembiraan, rileks, dan medium terapeutik.
Dalam tinjauan oleh Allan&Berry (Dwijandono, 2005:332), permainan pasir pertama digambarkan sebagai teknik terapeutik oleh Margareth Lowenfeld yang menyebut metodenya dengan The World Technique, karena anak menyimpan mainan mereka dalam kotak yang diberi nama dunia. Kemudian pekerjaan Dora Kralff membantu menerima permainan pasir sebagai teknik psikoanalitik yang memberikan anak-anak suatu kesempatan untuk memecahkan trauma dengan mengekspresikan fantasi-fantasi mereka dan mengembangkan perasaan menguasai dan mengontrol mengatasi impuls-impuls dari dalam. 
Bermain pasir tidak hanya merupakan suatu cara untuk anak bekerja diluar perasaan, konflik, dan khawatir yang terjadi dalam dunia nyata, tetapi juga alat yang berharga untuk mengukur masalah anak sama seperti mengukur kemajuan dalam terapi. Dengan mengobservasi anak bermain dan mendengarkan secara hati-hati terhadap kata-kata ynag diucapkan anak, konselor dapat mengatakan banyak tentang pikiran, perasaan, dan tingkah laku anak. Penting bagi konselor untuk mengidentifikasi dan mengerti arti gambar yang di pasir sesuai dengan yang anak rasakan lebih daripada seperti yang terapis rasakan. Karena anak dapat bertindak diluar masalah sesungguhnya atau masalah yang disimbolkan. Penting bagi terapis untuk mengingat bahwa tidak ada interpretasi tunggal untuk symbol yang diberikan. Interpretasi tergantung pada seberapa banyak pengetahuan terapis tentang apa arti gambar di pasir terutama untuk anak ini.permainan pasir adalah sekali lagi sekedar teka-teki yang sulit, dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya penentuan dari konflik sosial anak.