Analisis Jurnal
Judul
:
Evektivitas
Terapi Bermain Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Sosial bagi
Anak dengan Gangguan Autism.
Kasus :
Tiga tahun
terakhir ini di Surabaya banyak bermunculan anak-anak yang positif mengalami
ganguan perkembangan yang disebut autism. Hal ini terbukti dari munculnya
berbagai macam pusat-pusat terapi autism atau anak dengan kebutuhan khusus,
serta semakin meningkatnya peserta yang terdaftar dan menjalani terapi di
pusat-pusat terapi autism. Berdasarkan hasil survey awal menunjukkan bahwa di
Surabaya terdapat sebanyak 15 pusat terapi dan sekolah bagi anak autism,
masing-masing pusat terapi atau sekolah memiliki siswa sebanyak 25 orang. Hal
ini berarti bahwa anak-anak di Surabaya yang terdeteksi menderita gangguan
autism dan yang menjalani terapi sebanyak 375 orang.
Berbagai terapi
mungkin telah diterapkan diberbagai pusat terapi yang berbeda, namun yang
banyak digunakan dan dianggap sebagai dasar dari pembentukan perilaku dan
kontak sosial adalah terapi perilaku. Terapi ini mempang nampak cukup
memberikan hasil yang dapat dilihat dalam waktu relatif singkat, sesuai dengan
tingkatan gangguan autism yang dimilikinya. Sayangnya metode yang pertama kali
dipopulerkan oleh Loovas sebagai metode Applied Behavior Analysis yang
menekankan konsep dan teori belajar ini belum diterapkan secara tepat.
Ketidaktepatan dari penerapan metode ABA ini adalah munculnya beberapa tindakan
dan emosi terapis yang tidak diharapkan, sehingga hal ini akan menimbulkan efek
samping yang kurang menguntungkan, baik bagi orang tua maupun bagi anak.
Tindakan ini akan memberikan efek yang lebih menyulitkan, apabila orang tua di
rumah juga mengikuti pola dan model terapi yang yang diterima anak di pusat
terapinya. Perilaku dan afek yang dianggap kurang diharapkan antara lain,
adalah perilaku agresif seperti memukul, mencubit, menginjak kaki, sedangkan
efek yang menyertainya adalah suara dengan nada tinggi, mata melotot, wajah
cemberut yang menunjukan emosi negative.
Orang tua yang
mungkin belum banyak tahu efek negatif dari tindakan tersebut juga ikut-ikutan
menerapkan di rumah, apalagi bila dianggap cara tersebut memiliki hasil yang
dianggap efektif, karena anak akan mematuhi perintah tanpa memperhatikan emosi
anak serta efek habituasinya. Orang tua baru akan merasa kesulitan, apabila
anak tidak mau mematuhi perintah dan ajarannya bila tidak diperlakukan secara
keras, bahkan membutuhkan tindakan yang lebih keras dari yang pernah
diterimanya.
Tujuan :
Penelitian ini
bertujuan untuk menerapkan terapi dengan model “bermain sosial” untuk membantu
meningkatkan perilaku positif anak autism, serta ingin mengetahui seberapa jauh
sumbangan terapi tersebut pada tujuan yang ingin dicapai. Terapi tersebut
dipilih sebagai terapi alternatif, mengingat terapi tersebut biayanya murah,
dapat dilakukan dimana saja, tidak harus dikelas, dan oleh siapa saja. Hal ini
memungkinkan setiap orang tua atau keluarga yang memiliki anak dengan gangguan
autism dapat memberikan terapi tersebut sepanjang waktu.
Subjek :
Penelitian ini
akan mengambil subyek anak-anak dengan gangguan autism baik yang berjenis
kelamin laki-laki atau wanita, dengan usia 4 – 6 tahun, yang belum pernah
mendapatkan terapi serta tidak disertai adanya gangguan ADHD (Attention Deficit
Hiperactivity Disorder). Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 12 orang,
yang terdiri dari laki-laki 9 (sembilan) orang dan perempuan 3 (tiga) Orang.
Satu orang subyek laki-laki tidak mengikuti secara intensif, sehingga tidak
dimasukkan dalam analisis data penelitian.
Jenis penelitian :
Penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian eksperimen yang sifatnya quasi, artinya
penelitian ini tidak dilakukan dilaboratorium yang dapat mengontrol berbagai
faktor eksternal yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perubahan perilaku subyek
di luar situasi eksperimen. Penelitian ini hanya terdiri dari kelompok
eksperimen saja, untuk itu tidak menggunakan kelompok kontrol mengingat sulitnya
mendapatkan subyek yang dapat mengikuti perilakuan selama periode eksperimen
secara intens dan terus menerus.
Eksperimen ini
dilakukan dengan mengambil subyek penelitian dengan tingkat gangguan ringan
hingga sedang. Pengukuran untuk mendapatkan base rate kemampuan dasar dari
masing-masing subyek juga dilakukan sebelum terapi diberikan (pre tes),
sedangkan data pos tes diambil setelah subyek mendapatkan perilakuan selama 6
(enam) minggu dan setiap minggunya mendapatkan perilakuan selama 5 (lima) hari,
masing-masing selama 3 (tiga) Jam. Tahap berikutnya adalah melakukan
tahapan-tahapan terapi bermain sosial. Setelah terapi dilakukan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, yaitu selama satu setengah bulan subyek akan
diukur perkembangan seluruh kemampuannya. Pemberian perilakuan dilakukan pada
pertengahan bulan Juni 2004 sampai dengan akhir Juli 2004 di TK CITRA CENDEKIA
Sidoarjo.
Hasil :
Setelah dilakukan
analisis data penelitian, maka hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan dari terapi bermain kelompok terhadap
peningkatan kemampuan dan keterampilan sosial bagi anak dengan gangguan autism.
Terapi bermain sosial dapat digunakan sebagai terapi alternatif yang dapat
diterapkan dirumah sesuai dengan program yang telah ditentukan sebagai home
program. Terapi bermain sosial juga
efektif untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial anak dengan
gangguan autism ringan hingga sedang. Terapi bermain sosial dapat memberikan
hasil yang efektif apabila dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,
serta dilakukan dalam kelompok kecil (maksimal 6 orang) dengan dipandu oleh
seorang fasilitator yang telah dilatih. Terapi bermain sosial ini akan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan sosial
anak dengan gangguan autism apabila didalam kelompok juga terdapat anggota
dengan anak normal. Ibu atau pengasuh atau anggota keluarga lain memiliki
peranan yang cukup berarti dalam kelangsungan terapi bermain sosial dalam
kelompok kecil.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa terapi apapun tidak akan dapat merubah atau
meningkatkan kemampuan anak dengan gangguan autism dalam waktu singkat,
termasuk terapi bermain sosial ini. Terapi ini membutuhkan waktu yang cukup
lama, yaitu kurang lebih 3 jam sehari dan dilakukan secara berkelanjutan dan
intensif setiap hari dalam jangka waktu 6 (enam) minggu serta dalam satu
minggunya dilaksanakan selama 5 (lima) hari. Hasil yang menggembirakan baru
dapat dilihat setelah anak mendapatkan terapi selama satu setengah bulan atau
enam minggu secara intensif. Perkembangan dan peningkatan perilaku, kemampuan
dan keterampilan sosial ini akan dapat dipertahankan dalam waktu minimal enam
bulan bila ada kesinambungan dan perlakuan secara intensif di luar jam-jam di
pusat terapi. Oleh karena itu lingkungan rumah dan masyarakat sekitar juga
diharapkan dapat mendukung. Terutama peran orang tua dan saudara sekandung atau
keluarga yang tinggal dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Chusairi, A., Hamidah, & Leonardi, T. (2004). Evektivitas
Terapi Bermain Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Sosial bagi
Anak dengan Gangguan Autism.