·
Pandangan tentang Sifat Manusia
Menurut
Corey (2003:45-46) Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat
eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan
kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami
cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt
berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan
dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analisis, melainkan
pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah dalam terapi sampai klien
menjadi cukup kuat untuk menunjang pertumbuhan pribadinya sendiri.
Pandangan
Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab
pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh
masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai
cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan
pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang
bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah
menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami
penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas
penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa
mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.
·
Saat Sekarang
Menurut
Corey (2003:46-47) Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena
masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang
penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah penekanannya
pada di sini-dan-sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami
sepenuhnya saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara
untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang sepenuhnya. Ketika membicarakan
“etos saat sekarang” Polster
dan Polster mengembangkan
tesis bahwa “Kekuatan
ada pada saat sekarang”. Pandangan mereka adalah “Kebenaran
yang paling sulit diajarkan bahwa hanya sekaranglah yang ada dan bahwa
menyimpang darinya berarti menyimpang dari
kualitas hidup yang ada pada kenyataan”. Bagi banyak orang, saat
sekarang kehilangan kekuatannya; mereka menghabiskan energi untuk meratapi
kekeliruan-kekeliruan di masa lampau dan mengangankan kehidupan yang berbeda
atau terlibat dalam penetapan-penetapan dan rencana-rencana masa depan yang tak
berkesudahan alih-alih ber-“ada” pada saat sekarang. Karena mereka mengarahkan
energi menuju apa yang pernah dan apa yang mungkin akan terjadi, kesanggupan
mereka untuk memanfaatkan kekuatan saat sekarang menjadi berkurang.
Terapi
Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa dengan mudah lari dari
saat sekarang dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sebagian besar orang
hanya bisa tinggal dalam saat sekarang sekejap saja. Mereka agaknya lebih suka
mencari cara menghentikan aliran saat sekarang. Mereka sering berbicara tentang
perasaan-perasaan hampir seakan-akan perasaan-perasaan itu terpisah dari
mengalami pada saat sekarang alih-alih mengalami perasaan-perasaan di sini dan
sekarang. Sasaran Perls adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan
pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata
berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jika klien mulai berbicara
tentang kesedihan, kesakitan, atau kebingungan itu sekarang. Pembicaraan
tentang masalah hanya kan menjadi suatu permainan kata tak berakhir yang
menjurus pada diskusi dan eksplorasi yang tidak produktif atas makna-makna yang
tersembunyi. Itu adalah salah satu cara menolak pertumbuhan, juga suatu cara
untuk menipu diri sendiri: para klien menipu dirinya sendiri melalui keyakinan
bahwa, karena mereka menghadapi dan membicarakan masalah-masalah, mereka
menyelesaikan masalah-masalah itu serta tumbuh sebagai pribadi. (Corey,
2003:48).
·
Urusan yang Tak Selesai
Menurut
Corey (2003:49) Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak
selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti
dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa,
rasa diabaikan, dan sebagainya. Meskipun tidak bisa diungkapkan,
perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi
tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesdaran, perasaan-perasaan itu
tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan
cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan
orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan
menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Ketika berbicara tentang pengaruh-pengaruh urusan
yang tak selesai, Polster dan Polster (1973, hlm. 36) mengatakan, “arah-arah
yang tak selesai itu mencari penyelesaian dan apabila arah-arah tersebut
memperoleh cukup kekuatan, maka individu disulitkan oleh pikiran yang tak
berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian, energi yang menekan, dan
banyak perilaku mengalahkan diri.” Satu contoh tentang bagaimana urusan yang
tak selesai mengganggu individu dan mengejawantahkan dirinya dalam tingkah laku
sekarang, bisa dilihat pada seorang pria yang tidak pernah merasa sepenuhnya
dicintai dan diterima oleh ibunya. Si pria menaruh dendam pada ibunya.
Sekalipun dia terus mencari persetujuan sang ibu, dia selalu merasa diri tidak
memadai. Dalam usahanya menyimpangkan arah kebutuhan akan persetujuan ibunya,
si pria mencari wanita yang bisa mengukuhkannya sebagai pria. Dalam
mengembangkan berbagai permainan guna memperoleh wanita yang bisa memberikan
persetujuan itu, si pria tetap merasa tidak puas. Urusan yang tak selesai telah
menghambat hubungan intimnya yang otentik dengan wanita. Dengan demikian
tingkah laku si pria didominasi oleh pencarian cinta yang kompulsif yang tidak
pernah diterimanya dari ibunya. Dia perlu mengalami penyingkapan urusan yang
tak selesai agar bisa mengalami kepuasan yang nyata -- yakni si pria berpaling
kepada persoalan lama dan mengungkapkan perasaan-perasaan yang tak
diketahuinya. Perasaan-perasaan yang tak diketahui menghasilkan sisa emosi yang
tak perlu, yang mengacaukan kesadaran yang terpusat pada saat sekarang (dalam
Corey, 2003:50).