Arti
kehidupan berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain dan bahkan dari
momen yang satu dengan momen yang berikutnya. Tidak ada hal yang sedemikian
rupa bahwa kemauan universal akan arti berlaku secara merata bagi semua
manusia.
Mencari
arti dapat merupakan tugas yang membingungkan dan menantang, prosesnya berupa
menambah dan bukan mereduksikan tegangan batin. Frankl melihat peningkatan
tegangan sebagai prasyarat untuk kesehatan psikologis. Suatu kehidupan tanpa
tegangan, suatu kehidupan yang diarahkan kepada stabilitas dan keseimbangan
tegangan batin akan tersiksa dalam no
genic neurosis; yang maknanya sepadan dengan ‘kehidupan kekurangan arti’.
Suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat tegangan tertentu antara ‘apa
yang telah dicapai atau diselesaikan’ dan ‘apa yang harus dicapai atai
diselesaikan’, suatu jurang pemisah antara ‘siapa kita’ dan bagaimana
‘seharusnya kita’.
Baihaqi
(2008) menurut Frankl ada tiga sistem nilai fundamental yang berhubungan dengan
tiga cara memberi arti kepada kehidupan, yakni : (1) nilai-nilai daya cipta
atau kreatif, (2) nilai-nilai pengalaman, dan (3) nilai-nilai sikap.
(1)
Nilai-nilai
daya cipta, diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan
produkif. Biasanya hal ini berkenaan dengan suatu macam pekerjaan, meskipun
nilai-nilai daya cipta dapat diungkapkan dalam semua bidang kehiduapan. Arti
yang diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil
yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang-orang
lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
(2)
Nilai-nilai
pengalaman, menyangkut penerimaan dari dunia.
Penerimaan ini dapat memberikan arti sebanyak seperti kreativitas. Nilai-nilai
pengalaman diungkapkan dengan menyerahkan diri sendiri kepada keindahan dalam
dunia atau seni. Frankl mengemukakan bahwa ada kemungkinan memenuhi arti
kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun
individu tidak melakukan suatu tindakan yang positif.
(3)
Nilai-nilai
sikap, berperan agar kita dapat menemukan arti dalam kondisi
negatif. Frankl percaya bahwa situasi-situasi yang menimbulkan nilai-nilai
sikap ialah situasi-situasi dimana kita tak mampu untuk mengubahnya atau
menghindarinya –karena kondisi-kondisi nasib yang tidak dapat diubah– misal sakit,
kecelakaan, bencana, kematian. Apabila kita berhadapan dengan situasi tersebut,
satu-satunya cara yang rasional untuk memberikan respon adalah dengan
menerimanya. Cara bagaimana kita menerima nasib kita, keberanian kita dalam
menahan penderitaan, keagungan yang kita perlihatkan ketika berhadapan dengan
bencana; merupakan ujian dan ukuran yang terakhir dari pemenuhan kita sebagai
manusia.
Dengan
memasukkan nilai-nilai sikap sebagai cara memberi arti bagi kehidupan,
sesungguhnya Frankl ingin memberi kita harapan bahwa kehidupan manusia meskipun
dalam keadaan-keadaan gawat masih dapat bercirikan arti dan maksud. Kehidupan
seseorang dapat mengadung arti sampai momen kehidupan yang terakhir.