Menurut Subandini (2002:2) Terapi gestalt
dikembangkan oleh Frederick Perls
(1893-1970) yang dipandang sebagai pribadi yang penuh semangat,
kharismatik, mempunyai antusiasme menggugah
bagi orang-orag yang mendengarkannya.
Pada
tahun 1936, Perls mempersiapkan segala
idenya dengan penuh antusias, karena akandipresentasikannya kepada pendiri
psikoanalisis sigmun freud, pada pertemuan tahunan di Cekloslavakia. Dengan
semangat yang tinggi dan tentu saja harapan yang besar, perls meyakinkan
dirinya bahwa ide-idenya akanmerupakan sumbangan dan perbaikan terhadap
psikoanalisa. Namun apa yang terjadi, usaha itu berubah menjadi suatu
malapetaka yang memalukan perls.
Makalahnya tidak diterima denganantusias; ide-ide yang baru tidak diterima
dengan baik oleh kelompok ortodoks. Bahkan ketika perls bertemu dengan freud
sendiri dan mengutarakan perjuanganya untuk dating jauh dari negeri Afrika
hanya sekedar untuk hadir pada pertemuan tahunan tersebut, Freud hanya menjawab
sinis dan dingin, “baik, tetapi kapan anda balik lagi ?”
Peristiwa inilah yang telah merubah
pandangan-pandangannya, dan penilaiannya terhadap kehidupan. Kemarahannya
membawa pada pencerahan bahwa “saya harus mengambil seluruh tanggung jawab
terhadap kehidupan saya sendiri“ perls melakukan halnya sendiri. Dia
mengembangkan konsep-konsepnyada mempraktekan dengan sungguh-sungguh, sehingga
pada akhirnya mampu menginspirasikan berates-ratus orang pengikut dan membentuk
terapi gestalt yang mapan (Perls dalam Subandini, 2007:3)