Orang
yang sehat secara psikologis telah bergerak ke luar atau melampaui fokus pada
diri. Menjadi manusia sepenuhnya berarti mengadakan hubungan dengan seseorang
atau sesuatu di luar diri sendiri.
Pandangan
ini menempatkan pendirian Frankl yang berlawanan dengan ahli-ahli teori yang
mengemukakan bahwa tujuan atau dorongan perkembangan manusia yang penuh ialah
pemenuhan atau aktualisasi-diri. Frankl menolak perjuangan manusia untuk
membangun setiap keadaan atau kondisi dalam diri entah untuk kedewasaan,
kenikmatan, atau aktualisasi. Dia mengemukakan bahwa pandangan serupa itu
menggambarkan orang sebagai sistem yang tertutup, yang tidak menyangkut
interaksi dengan dunia yang nyata atau dengan orang-orang lain, tetapi hanya
dengan diri. Frankl percaya bahwa mengejar tujuan semata-mata dalam diri adalah
merusak diri.
Frankl
menyatakan bahwa semakin banyak kita dengan sengaja berjuang untuk kesenangan
maka mungkin semakin kurang kita menemukannya. Kehidupan yang diarahkan untuk
mengejar kebahagiaan tidak pernah akan menemukan kebahagiaan. Semakin kita
berpusat pada kebahagiaan sebagai tujuan, maka semakin juga kita tidak akan
melihat pertimbangan yang sehat untuk bahagia.
Kenikmatan
dan kebahagiaan terjadi dan menambahkan kesenangan hidup, tetapi kenikmatan dan
kebahagiaan bukanlah tujuan hidup. Kebahagiaan tidak dapat dikejar dan
ditangkap, karena biasanya kebahagiaan timbul secara spontan dari pemenuha arti
dari mencapai tujuan di luar diri.
Frankl
percaya bahwa pandangannya sesuai dengan pandangan Maslow, bahwa cara yang
paling baik untuk mencapai aktualisasi-diri ialah melalui komitmen terhadap
pekerjaan, terhadap sesuatu di luar diri. Menjadi sehat secara psikologis
adalah bergerak ke luar fokus pada diri, mengatasi, menyerapinya dalam arti dan
tujuan seseorang. Maka dengan demikian diri akan dipenuhi dan diaktualisasikan
secara spontan dan wajar.
Frankl
telah mengemukakan secara umum tujuh sifat orang yang memiliki kepribadian
sehat (Schultz, 1991) :
1.
Mereka bebas memilih tingkah laku /
tindakan mereka sendiri
2.
Mereka secara pribadi bertanggung jawab
terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap yang mereka anut terhadap nasib
mereka
3.
Mereka tidak ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan di luar diri mereka
4.
Mereka telah menemukan arti dalam
kehidupan yang cocok dengan mereka
5.
Mereka secara sadar mengontrol kehidupan
mereka
6.
Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai
daya cipta, nilai-nilai pengalaman, dan nilai-nilai sikap
7.
Mereka telah mengatasi perhatian terhadap
diri
Namun begitu, menurut Baihaqi (2008) masih
ada beberapa sifat lain dari kepribadian yang sehat, yaitu : (1) orientasi pada
masa depan, (2) komitmen pada pekerjaan, dan (3) memberi dan menerima cinta.
(1)
Orientasi pada masa depan
Seseorang
harus memiliki alasan untuk meneruskan kehidupan, untuk menyelesaikan tujuan
yang akan datang; kalau tidak maka kehidupan akan kehilangan arti. Tanpa
kepercayaan terhadap masa depan, maka ‘pegangan spiritual’ pada kehidupan akan
hilang. Akibatnya jiwa dan badan cepat mengalami kebinasaan.
(2)
Komitmen pada pekerjaan
Salah
satu cara untuk memperoleh arti ialah dengan mengungkapkan nilai-nilai daya
cipta, dimana nilai-nilai ini dapat diungkapkan dengan sangat baik melalui
pekerjaan atau tugas seseorang. Segi yang penting dari pekerjaan bukan isi dari
pekerjaan tersebut, melainkan cara bagaimana kita melakuannya. Jadi, apa yang
penting bukan pekerjaan (kekuatan dari luar), melainkan apa yang kita masukkan
dalam pekerjaan berkenaan dengan kepribadian kita sebagai manusia yang unik
(kekuatan dari dalam). Itulah yang memberikan arti kepada kehidupan.
(3)
Memberi dan menerima cinta
Cinta
adalah tujuan pokok manusia. Keselamatan hidup seseoran adalah melalui cinta
dan dalam cinta. Meskipun salah satu cara untuk merealisasikan keunikan kita
ialah pekerjaan, namun cara lain ialah melalui ‘dicintai’. Apabila kita
dicintai, maka keberadaan kita yang unik dan istimewa diterima oleh orang lain.
Bagi orang yang mencintai kita, kita menjadi orang yang sangat diperlukan dan
tidak dapat diganti.
Selain
itu masih ada sisi lain lagi bagi hubunngan cinta, yaitu memberi cinta. Dengan
memberi cinta (dalam bentuk mencintai) kepada orang lain kita dapat melihat
sifat-sifat dan ciri-ciri khas mereka, termasuk yang belum diaktualisasikan.
Dengan cinta yang kita miliki, kita dapat membuat orang yang dicintai sanggup
merealisasikan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan dengan menyadarkan
mereka tentang potensinya untuk menjadi apa. Dalam hubungan cinta timbal-balik,
kedua pihak beruntung dalam hal pemenuhan dan realisasi yang lebih besar dari
potensi mereka untuk menjadi manusia yang lebih penuh.