Menurut
Festinger (dalam Sarwono, 2005) keterpaduan kelompok diawali oleh ketertarikan
terhadap kelompok dan anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial
dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut adanya saling ketergantungan. Selanjutnya,
Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah saling tertariknya
atau saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam kelompok.
Menurut Mc Dougal (dalam Sarwono,
2005) kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain
kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti
keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan, ada
organisasi dalam kelompok (ada deferensiasi dan spesialisasi fungsi), dan
kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk kelompok,
bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok, bagaimana struktur dalam
kelompok), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada
kelompok.
Ciri-ciri kelompok yang kohesif seperti mengenakan
identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang
sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama,
setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota
kelompok memiliki peran keanggotaan, dan kelompok mengambil keputusan secara
efektif (Suryabrata, 2007)